Rabu, 13 November 2013

Sejarah Budaya Sumedang dan sejarah kampung halaman

 Sejarah Lingkungan RW 09

        Hasil dari penelitian kami bahwa RW 09 dusun kojengkang desa licin sebetulnya adalah pemekaran dari dusun margamukti yaitu RW 08. Tahun 1983 terdiri dari 3 RT, karena dari tahun 1983-1997 berubah nama menjadi dusun kojengkangNama itu berubah karena banyaknya penduduk dari 1983-2013 menjadi dusun kojengkang desa licin yang terdiri dari 3 RW yaitu RW 08, RW 09 dan RW 10. Tadinya perumahan di RW 09 untuk pegawai negeri tapi semakin banyak penduduk, siapa saja yang akan menempati dan bertempat tinggal di perumahan bumi karya indah yang terdapat di RW 09 ini boleh-boleh saja dan RW 09 ini terdiri dari 4 RT yaitu RT 01- RT 04.

 

 Jumlah Penduduk
Terdiri dari 1035 orang
250 Kepala Keluarga

Mata Pencaharian 09 
Mata Pencaharian di RW 09 kebanyakan hampir 80% Pegawai Negeri Sipil dan

ada juga menjadi karyawan di galian pasir karena di daerah kami dekat dengan pegunungan dan juga galian pasir.

 
 Kegiatan Organisasi di RW 09
  Organisasi yang kami ikuti yaitu:
                                                        1. PAUD
                                                        2. TKA/TPA BAITURRAHMAN
                                                        3. REMAJA MESJID
                                                        4. KARANG TARUNA
                                                        5. POSYANDU DAN PKK

Pendidikan SD 
 
 
               Saya PUTIH PUSPITA WIKA LESTARI bersekolah di SDN Licin. Diterima di sekolah ini pada tanggal 17 Juli 2000. Hasil dari pembelajaran yang saya dapatkan adalah dengan memperoleh hasil yang baik sehingga saya terus naik kelas dan mendapat peringkat  10 besar. Kemampuan yang paling memuaskan adalah di bidang pendidikan agama sehingga saya mendapat sertifikat Baca Tulis Al-Qur’an dengan hasil yang sangat memuaskan. Lulus di SDN Licin pada tanggal 26 Juni 2006. Akhirnya saya melanjutkan pendidikan ke MTS.Negeri.Sumedang.
  Pendidikan SMP

 


 
          Saya PUTIH PUSPITA WIKA LESTARI bersekolah di MTS.Negeri Sumedang . Diterima di madrasah ini pada tanggal 17 Juli 2006. Alhamdulillah hasil prestasi belajar yang saya dapatkan dari kelas 7-9 masuk peringkat 3 besar. Saya masuk OSIS dan mengikuti kegiatan LDKS (Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa) pada tanggal 26-27 Januari 2008. Saya juga ikut ekstrakurikuler PASKIBRA dan dipercaya menjadi ketua PASKIBRA di MTSN Sumedang. Dan ikut kegiatan di luar sekolah seperti: kegiatan latihan gabungan di SMPN 1 Sumedang pada tanggal 20 April 2008, ikut pendidikan dan latihan gabungan PASKIBRA di SMPN 5 Sumedang pada tanggal 16-17 September 2006. Dan mendapat piagam penghargaan karena ikut LKBB( LombaKreatifitas Baris-berbaris di MAN 2 Sumedang pada tanggal 9 Maret 2008. Lulus di MTSN Sumedang pada tanggal 20 Juni 2009.  Dan melanjutkan pendidikan ke MAN 1 Sumedang.

 Pendidikan SMA

                 Saya PUTIH PUSPITA WIKA LESTARI bersekolah di MAN 1 Sumedang. Diterima di madrasah ini pada tanggal 13 Juli 2009. Masuk peringkat kelas ke 3 pada waktu kelas 10, kelas 11 dan 12 masuk peringkat 10 besar setelah memilih penjurusan. Saya masuk MPK (Musyawarah Perwakilan Kelas) dan menjadi panitia di kegiatan OLDT (Organization of Leadership Development Training) pada tanggal 16 Oktober 2011. Lanjut ikut ekstrakurikuler PASKIBRA dan dipercaya lagi menjadi ketua PASKIBRA periode 2010-2011. Saya ikut kegiatan di luar sekolah lagi seperti PUSDIKLAT (Pusat Pendidikan dan Latihan) dan menjadi anggota PASKIBRA Kabupaten Sumedang pada tanggal 1-3 Juli 2010. LKBB (Lomba Ketangkasan Baris-berbaris) XII tingkat SD/MI, SMP/MTS, SMA/SMK/MA sederajat se-Jawa Barat di SMAN Situraja pada tanggal 21-22 Mei 2011. Terakhir saya ikut TOT (Training For Trainer) di SMK 2 Muhammadiyah  pada tanggal 28-30 Juni 2011. Saya lulus di MAN 1 Sumedang pada tanggal 26 Mei 2012. Dan melanjutkan pendidikan di GANESHA PRATAMA SUMEDANG.
Kelebihan dari RW 09 
 

Kelebihan dari RW 09
Yang ada di lingkungan dusun Kojengkang desa Licin Cimalaka
Perum Bumi Karya Indah adalah
Sebagai perintis pertama atau inspirator mengalirkan air dari mata air asli ke rumah warga yang ada di lingkugan kami.












Budaya Kota Sumedang
Sumedang, Suguhan Budaya, Sejarah, dan Kuliner Khas





KOMPAS/DIDIT PUTRA ERLANGGA RAHARDJO
Jalur Wado-Malangbong dipenuhi lintasan berkelok diapit jurang dan tebing dengan panorama perbukitan yang elok, seperti di wilayah Kecamatan Malangbong, Kabupaten Garut, Minggu (6/9) ini. Jalur ini menjadi jalur alternatif saat jalur utama yang melewati Nagreg macet.

TERKAIT:
Oleh DIDIT PUTRA ERLANGGA RAHARDJO
Pilihan ini barangkali bisa dipertimbangkan saat mudik menuju kota-kota di Jawa Tengah bagian selatan. Daripada merayapi dan meratapi kemacetan di jalur Nagreg, Garut, Jawa Barat, mengapa tidak menjajal jalan yang sedikit memutar, tetapi lebih lengang melintasi Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, untuk menjajal jalan alternatif jalur selatan lewat Wado-Malangbong.
Di jalur ini, suguhan budaya, sejarah, kuliner, hingga keindahan alam menemani kita menempuh jalan pulang menuju kampung halaman.
Jalur ini menjadi penyelamat saat jalur Nagreg disesaki kendaraan roda empat dan roda dua. Wado bisa dicapai setelah melintasi kawasan pendidikan Jatinangor, jalur Cadas Pangeran, dan kota Sumedang yang dipenuhi destinasi kebudayaan dan sejarah.
Kota Sumedang, yang terkenal dengan tahu gurihnya ini, bisa dicapai dari Kota Bandung selepas gerbang Tol Cileunyi berjarak 14 kilometer atau dari jalur alternatif Sadang- Subang-Jalancagak.
Selama perjalanan di jalur ini dari arah Bandung, kita akan disuguhi perjalanan penuh pemandangan, mulai dari Cadas Pangeran. Jalan ini adalah bagian dari Jalan Raya Pos (Jalan Daendels) di Sumedang yang dibangun pada tahun 1811 untuk menghubungkan Batavia dan Cirebon.
Perjalanan menuju jalur Wado-Malangbong dimulai di persimpangan bundaran besar Alam Sari di ujung utara kota Sumedang. Dari bundaran tersebut, perjalanan sejauh 40 kilometer menuju Malangbong ditempuh melalui jalan berlapis aspal mulus meski lebarnya tak lebih dari 5 meter-6 meter.
Tak usah terburu-buru menyusuri jalan, nikmati saja pemandangan alam pegunungan dan suasana pedesaan. Selepas kota Wado hingga ke Malangbong, perjalanan akan melintasi jalan berkelok menyusuri punggung bukit. Dijamin tidak akan tahan untuk berhenti sebentar dan mengabadikan panorama alam yang menawan itu.
Hanya saja, waspadalah saat melintas jalur ini pada malam hari karena rambu lalu lintas dan lampu penerang jalan masih sangat minim. Jalan yang berkelok-kelok, gelap gulita, dan ada beberapa tanjakan panjang membutuhkan kewaspadaan tinggi.
Sejarah dan budaya
Banyak hal yang bisa ditemukan di Sumedang sebelum masuk ke jalur alternatif Wado- Malangbong. Selain wisata ziarah makam-makam penguasa Kerajaan Sumedanglarang, terdapat juga Museum Prabu Geusan Ulun, tempat menyimpan pusaka-pusaka para bangsawan di Sumedang. Tempatnya berdekatan dengan Gedung Negara yang menjadi Kantor Bupati sekarang.
Seusai berkeliling ke lokasi sejarah dan budaya di Sumedang, jangan lupa mencicipi makanan khas tahu sumedang. Tidak sulit untuk mencari penjual tahu ini di pusat kota Sumedang.
Saat melintas jalur Wado- Malangbong, jangan khawatir dengan ketersediaan SPBU. Dari Jatinangor saja tercatat ada 9 SPBU yang tersebar di setiap kecamatan hingga mencapai Malangbong. Hotel berbintang bisa ditemukan di Kawasan Jatinangor, sementara hotel melati tersedia hingga di pusat kota Sumedang.
Rumah makan juga banyak ditemukan di wilayah Jatinangor dan kota Sumedang. Begitu memasuki jalur Wado, hanya ada dua rumah makan yang cukup besar. Setelah Wado, rumah makan baru bisa dijumpai lagi di kawasan Malangbong.
Berbicara mengenai oleh- oleh, selain tahu sumedang, bisa dicoba ubi cilembu yang banyak terdapat di Kecamatan Pamulihan selepas Tanjungsari di Jalan Raya Bandung-Sumedang. Ubi cilembu dikenal karena memiliki rasa manis alami setelah dipanggang dalam oven.

Sejarah dan budaya
Banyak hal yang bisa ditemukan di Sumedang sebelum masuk ke jalur alternatif Wado- Malangbong. Selain wisata ziarah makam-makam penguasa Kerajaan Sumedanglarang, terdapat juga Museum Prabu Geusan Ulun, tempat menyimpan pusaka-pusaka para bangsawan di Sumedang. Tempatnya berdekatan dengan Gedung Negara yang menjadi Kantor Bupati sekarang.
          Seusai berkeliling ke lokasi sejarah dan budaya di Sumedang, jangan lupa mencicipi makanan khas tahu sumedang. Tidak sulit untuk mencari penjual tahu ini di pusat kota Sumedang.
Saat melintas jalur Wado- Malangbong, jangan khawatir dengan ketersediaan SPBU. Dari Jatinangor saja tercatat ada 9 SPBU yang tersebar di setiap kecamatan hingga mencapai Malangbong. Hotel berbintang bisa ditemukan di Kawasan Jatinangor, sementara hotel melati tersedia hingga di pusat kota Sumedang.
Rumah makan juga banyak ditemukan di wilayah Jatinangor dan kota Sumedang. Begitu memasuki jalur Wado, hanya ada dua rumah makan yang cukup besar. Setelah Wado, rumah makan baru bisa dijumpai lagi di kawasan Malangbong.
             Berbicara mengenai oleh- oleh, selain tahu sumedang, bisa dicoba ubi cilembu yang banyak terdapat di Kecamatan Pamulihan selepas Tanjungsari di Jalan Raya Bandung-Sumedang. Ubi cilembu dikenal karena memiliki rasa manis alami setelah dipanggang dalam oven.
BUDAYA KOTA SUMEDANG
KUDA RENGGONG / KUDA PENCAK


Koda renggong merupakan seni pertunjukan tradisional yang sangat populer di kabupaten Sumedang. Atraksi ini berupa pertunjukan dimana seekor kuda yang terlatih melakukan gerakan menari dan berjalan mengikuti hentakan musik tradisional sunda yang disebut kendang pencak.

Seekor kuda dilatih dengan baik untuk membuat gerakan seperti menari atau kadang juga melakukan gerakan seperti berkelahi melawan pelatihnya dengan gaya pencak silat. Oleh sebab itulah pertunjukan ini juga sering disebut dengan pertunjukan kuda pencak.

Mulai tahun 1910 hingga sekarang kuda renggong secara tradisional sering dipertontonkan pada acara khitanan / sunatan. Sebelum seorang anak dikhitan, sang anak diarak mengelilingi kota di atas punggung kuda renggong diikuti oleh anggota keluarga dan kerabat dekat yang ikut menari di depanya dan berkeliling dari satu desa ke desa lainya.










WAYANG GOLEK


 









                                                                                                           


            Wayang golek adalah salah satu kesenian khas tanah Sunda. Pada umumnya wayang golek masih dibuat secara tradisional oleh penduduk desa-desa tertentu di Jawa Barat.

            Wayang golek saat ini lebih dominan sebagai seni pertunjukan rakyat, yang memiliki fungsi yang relevan dengan kebutuhan-kebutuhan masyarakat lingkungannya, baik kebutuhan spiritual maupun material. Hal demikian dapat kita lihat dari beberapa kegiatan di masyarakat misalnya ketika ada perayaan, baik hajatan (pesta kenduri) dalam rangka khitanan, pernikahan dan lain-lain adakalanya diriingi dengan pertunjukan wayang golek.

            Selain itu, karena ke khasanya wayang golek juga sering difungsikan sebagai sufenir / tanda mata khas tanah Sunda.
            Harga wayang golek relatif murah, kisaranya sangat ditentukan oleh ketelitian dari ukiran / tingkat kesulitan dalam pembuatanya juga bahan bakunya. Menurun Mang Iin salah satu pengrajin Wayang golek dari daerah Rancakalong, Sumedang, untuk wayang dengan detail yang tidak terlalu rumit beliau bisa menyelesaikan 3-4 buah wayang sehari, sedangkan untuk wayang dengan detail / kualitas tinggi bisa membutuhkan waktu 3-4 hari untuk menyelesaikan sebuah wayang.

            Pada umumnya wayang dibuat dari kayu albasia dipasarkan dengan kisaran harga Rp. 15.000 / unit lengkap dengan pakaian dan aksesoris. Sedangkan wayang kualitas lebih baik dengan menggunakan kayu mahoni dll. dipasarkan dengan harga Rp. 40.000 s/d Rp. 150.000 / unit.





     

Tidak ada komentar:

Posting Komentar