Sejarah Lingkungan RW 09
Hasil dari penelitian kami bahwa RW
09 dusun kojengkang desa licin sebetulnya adalah pemekaran dari dusun margamukti yaitu RW
08. Tahun
1983 terdiri dari 3
RT, karena dari tahun
1983-1997 berubah nama menjadi dusun kojengkang. Nama itu berubah karena banyaknya penduduk dari 1983-2013 menjadi dusun kojengkang desa licin
yang terdiri dari 3
RW yaitu RW
08, RW 09 dan RW
10. Tadinya perumahan di RW
09 untuk pegawai negeri tapi semakin banyak penduduk, siapa saja
yang akan menempati dan bertempat tinggal di perumahan bumi karya indah
yang terdapat di RW
09 ini boleh-boleh saja dan RW
09 ini terdiri dari 4 RT yaitu RT
01- RT 04.
Jumlah Penduduk
Terdiri dari 1035 orang
250 Kepala Keluarga
Mata Pencaharian 09
Mata Pencaharian di RW
09 kebanyakan hampir
80% Pegawai Negeri Sipil dan
ada juga menjadi karyawan di galian pasir karena di daerah kami dekat dengan pegunungan dan juga galian pasir.
Kegiatan Organisasi di RW 09
Organisasi yang kami ikuti yaitu:
1. PAUD
2. TKA/TPA BAITURRAHMAN
3. REMAJA MESJID
4. KARANG
TARUNA
5. POSYANDU DAN PKK
Pendidikan SD
Saya
PUTIH PUSPITA WIKA LESTARI bersekolah di SDN
Licin. Diterima di sekolah ini pada tanggal 17 Juli
2000. Hasil dari pembelajaran
yang saya dapatkan adalah dengan memperoleh hasil
yang baik sehingga saya terus naik kelas dan mendapat peringkat 10 besar. Kemampuan yang paling memuaskan adalah di bidang pendidikan
agama sehingga saya mendapat sertifikat
Baca Tulis
Al-Qur’an dengan hasil
yang sangat memuaskan.
Lulus di SDN
Licin pada tanggal 26 Juni 2006. Akhirnya saya melanjutkan pendidikan ke MTS.Negeri.Sumedang.
Pendidikan SMP
Saya
PUTIH PUSPITA WIKA LESTARI bersekolah di MTS.Negeri Sumedang . Diterima di madrasah ini pada tanggal 17 Juli 2006.
Alhamdulillah hasil prestasi belajar yang saya dapatkan dari kelas 7-9 masuk peringkat 3 besar. Saya masuk OSIS dan mengikuti kegiatan LDKS (Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa) pada tanggal 26-27 Januari
2008. Saya juga ikut ekstrakurikuler
PASKIBRA dan dipercaya menjadi ketua
PASKIBRA di
MTSN Sumedang.
Dan ikut kegiatan di luar sekolah seperti: kegiatan latihan gabungan di
SMPN 1 Sumedang pada tanggal 20
April 2008, ikut pendidikan dan latihan gabungan PASKIBRA di
SMPN 5 Sumedang pada tanggal 16-17
September 2006. Dan mendapat piagam penghargaan karena ikut
LKBB( LombaKreatifitas Baris-berbaris di MAN
2 Sumedang pada tanggal 9 Maret
2008. Lulus di MTSN Sumedang pada tanggal 20 Juni 2009.
Dan melanjutkan pendidikan ke MAN
1 Sumedang.
Pendidikan SMA
Saya
PUTIH PUSPITA WIKA LESTARI bersekolah di MAN
1 Sumedang. Diterima di madrasah ini pada tanggal 13 Juli
2009. Masuk peringkat kelas ke 3 pada waktu kelas 10,
kelas 11 dan 12 masuk peringkat 10 besar setelah memilih penjurusan. Saya masuk MPK
(Musyawarah Perwakilan Kelas) dan menjadi panitia di kegiatan
OLDT (Organization of Leadership Development Training) pada tanggal 16 Oktober
2011. Lanjut ikut ekstrakurikuler
PASKIBRA dan dipercaya lagi menjadi ketua
PASKIBRA periode
2010-2011. Saya ikut kegiatan di luar sekolah lagi seperti
PUSDIKLAT (Pusat Pendidikan dan Latihan) dan menjadi anggota
PASKIBRA Kabupaten Sumedang pada tanggal 1-3
Juli
2010. LKBB (Lomba Ketangkasan Baris-berbaris)
XII tingkat
SD/MI, SMP/MTS, SMA/SMK/MA sederajat se-Jawa Barat di SMAN Situraja pada tanggal 21-22 Mei 2011. Terakhir saya ikut TOT
(Training For Trainer) di SMK 2 Muhammadiyah
pada tanggal
28-30 Juni
2011. Saya
lulus di MAN
1 Sumedang pada tanggal 26 Mei
2012. Dan melanjutkan pendidikan di
GANESHA PRATAMA SUMEDANG.
Kelebihan dari RW 09
Kelebihan dari RW 09
Yang ada di lingkungan dusun Kojengkang desa Licin Cimalaka
Perum Bumi Karya Indah adalah
Sebagai perintis pertama atau inspirator mengalirkan air dari mata air asli ke rumah warga yang ada di lingkugan kami.
Budaya Kota Sumedang
Sumedang,
Suguhan Budaya, Sejarah, dan Kuliner Khas
KOMPAS/DIDIT PUTRA ERLANGGA RAHARDJO
Jalur
Wado-Malangbong dipenuhi lintasan berkelok diapit jurang dan tebing dengan
panorama perbukitan yang elok, seperti di wilayah Kecamatan Malangbong,
Kabupaten Garut, Minggu (6/9) ini. Jalur ini menjadi jalur alternatif saat
jalur utama yang melewati Nagreg macet.
TERKAIT:
- Mudik, Rekreasi, dan Nikmatnya Rasa Telur Asin
- Menembus "Kota Angin" Majalengka
- "Kabupaten Nanas" di Lintas Tengah
Oleh DIDIT PUTRA ERLANGGA RAHARDJO
Pilihan
ini barangkali bisa dipertimbangkan saat mudik menuju kota-kota di Jawa Tengah
bagian selatan. Daripada merayapi dan meratapi kemacetan di jalur Nagreg,
Garut, Jawa Barat, mengapa tidak menjajal jalan yang sedikit memutar, tetapi
lebih lengang melintasi Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, untuk menjajal jalan
alternatif jalur selatan lewat Wado-Malangbong.
Di jalur ini, suguhan budaya, sejarah, kuliner, hingga keindahan alam menemani kita menempuh jalan pulang menuju kampung halaman.
Jalur ini menjadi penyelamat saat jalur Nagreg disesaki kendaraan roda empat dan roda dua. Wado bisa dicapai setelah melintasi kawasan pendidikan Jatinangor, jalur Cadas Pangeran, dan kota Sumedang yang dipenuhi destinasi kebudayaan dan sejarah.
Kota Sumedang, yang terkenal dengan tahu gurihnya ini, bisa dicapai dari Kota Bandung selepas gerbang Tol Cileunyi berjarak 14 kilometer atau dari jalur alternatif Sadang- Subang-Jalancagak.
Selama perjalanan di jalur ini dari arah Bandung, kita akan disuguhi perjalanan penuh pemandangan, mulai dari Cadas Pangeran. Jalan ini adalah bagian dari Jalan Raya Pos (Jalan Daendels) di Sumedang yang dibangun pada tahun 1811 untuk menghubungkan Batavia dan Cirebon.
Perjalanan menuju jalur Wado-Malangbong dimulai di persimpangan bundaran besar Alam Sari di ujung utara kota Sumedang. Dari bundaran tersebut, perjalanan sejauh 40 kilometer menuju Malangbong ditempuh melalui jalan berlapis aspal mulus meski lebarnya tak lebih dari 5 meter-6 meter.
Tak usah terburu-buru menyusuri jalan, nikmati saja pemandangan alam pegunungan dan suasana pedesaan. Selepas kota Wado hingga ke Malangbong, perjalanan akan melintasi jalan berkelok menyusuri punggung bukit. Dijamin tidak akan tahan untuk berhenti sebentar dan mengabadikan panorama alam yang menawan itu.
Hanya saja, waspadalah saat melintas jalur ini pada malam hari karena rambu lalu lintas dan lampu penerang jalan masih sangat minim. Jalan yang berkelok-kelok, gelap gulita, dan ada beberapa tanjakan panjang membutuhkan kewaspadaan tinggi.
Sejarah dan budaya
Banyak hal yang bisa ditemukan di Sumedang sebelum masuk ke jalur alternatif Wado- Malangbong. Selain wisata ziarah makam-makam penguasa Kerajaan Sumedanglarang, terdapat juga Museum Prabu Geusan Ulun, tempat menyimpan pusaka-pusaka para bangsawan di Sumedang. Tempatnya berdekatan dengan Gedung Negara yang menjadi Kantor Bupati sekarang.
Seusai berkeliling ke lokasi sejarah dan budaya di Sumedang, jangan lupa mencicipi makanan khas tahu sumedang. Tidak sulit untuk mencari penjual tahu ini di pusat kota Sumedang.
Saat melintas jalur Wado- Malangbong, jangan khawatir dengan ketersediaan SPBU. Dari Jatinangor saja tercatat ada 9 SPBU yang tersebar di setiap kecamatan hingga mencapai Malangbong. Hotel berbintang bisa ditemukan di Kawasan Jatinangor, sementara hotel melati tersedia hingga di pusat kota Sumedang.
Rumah makan juga banyak ditemukan di wilayah Jatinangor dan kota Sumedang. Begitu memasuki jalur Wado, hanya ada dua rumah makan yang cukup besar. Setelah Wado, rumah makan baru bisa dijumpai lagi di kawasan Malangbong.
Berbicara mengenai oleh- oleh, selain tahu sumedang, bisa dicoba ubi cilembu yang banyak terdapat di Kecamatan Pamulihan selepas Tanjungsari di Jalan Raya Bandung-Sumedang. Ubi cilembu dikenal karena memiliki rasa manis alami setelah dipanggang dalam oven.
Di jalur ini, suguhan budaya, sejarah, kuliner, hingga keindahan alam menemani kita menempuh jalan pulang menuju kampung halaman.
Jalur ini menjadi penyelamat saat jalur Nagreg disesaki kendaraan roda empat dan roda dua. Wado bisa dicapai setelah melintasi kawasan pendidikan Jatinangor, jalur Cadas Pangeran, dan kota Sumedang yang dipenuhi destinasi kebudayaan dan sejarah.
Kota Sumedang, yang terkenal dengan tahu gurihnya ini, bisa dicapai dari Kota Bandung selepas gerbang Tol Cileunyi berjarak 14 kilometer atau dari jalur alternatif Sadang- Subang-Jalancagak.
Selama perjalanan di jalur ini dari arah Bandung, kita akan disuguhi perjalanan penuh pemandangan, mulai dari Cadas Pangeran. Jalan ini adalah bagian dari Jalan Raya Pos (Jalan Daendels) di Sumedang yang dibangun pada tahun 1811 untuk menghubungkan Batavia dan Cirebon.
Perjalanan menuju jalur Wado-Malangbong dimulai di persimpangan bundaran besar Alam Sari di ujung utara kota Sumedang. Dari bundaran tersebut, perjalanan sejauh 40 kilometer menuju Malangbong ditempuh melalui jalan berlapis aspal mulus meski lebarnya tak lebih dari 5 meter-6 meter.
Tak usah terburu-buru menyusuri jalan, nikmati saja pemandangan alam pegunungan dan suasana pedesaan. Selepas kota Wado hingga ke Malangbong, perjalanan akan melintasi jalan berkelok menyusuri punggung bukit. Dijamin tidak akan tahan untuk berhenti sebentar dan mengabadikan panorama alam yang menawan itu.
Hanya saja, waspadalah saat melintas jalur ini pada malam hari karena rambu lalu lintas dan lampu penerang jalan masih sangat minim. Jalan yang berkelok-kelok, gelap gulita, dan ada beberapa tanjakan panjang membutuhkan kewaspadaan tinggi.
Sejarah dan budaya
Banyak hal yang bisa ditemukan di Sumedang sebelum masuk ke jalur alternatif Wado- Malangbong. Selain wisata ziarah makam-makam penguasa Kerajaan Sumedanglarang, terdapat juga Museum Prabu Geusan Ulun, tempat menyimpan pusaka-pusaka para bangsawan di Sumedang. Tempatnya berdekatan dengan Gedung Negara yang menjadi Kantor Bupati sekarang.
Seusai berkeliling ke lokasi sejarah dan budaya di Sumedang, jangan lupa mencicipi makanan khas tahu sumedang. Tidak sulit untuk mencari penjual tahu ini di pusat kota Sumedang.
Saat melintas jalur Wado- Malangbong, jangan khawatir dengan ketersediaan SPBU. Dari Jatinangor saja tercatat ada 9 SPBU yang tersebar di setiap kecamatan hingga mencapai Malangbong. Hotel berbintang bisa ditemukan di Kawasan Jatinangor, sementara hotel melati tersedia hingga di pusat kota Sumedang.
Rumah makan juga banyak ditemukan di wilayah Jatinangor dan kota Sumedang. Begitu memasuki jalur Wado, hanya ada dua rumah makan yang cukup besar. Setelah Wado, rumah makan baru bisa dijumpai lagi di kawasan Malangbong.
Berbicara mengenai oleh- oleh, selain tahu sumedang, bisa dicoba ubi cilembu yang banyak terdapat di Kecamatan Pamulihan selepas Tanjungsari di Jalan Raya Bandung-Sumedang. Ubi cilembu dikenal karena memiliki rasa manis alami setelah dipanggang dalam oven.
Diposkan oleh Nurhidayat george di 19.24 Tidak ada komentar:
Sejarah
dan budaya
Banyak
hal yang bisa ditemukan di Sumedang sebelum masuk ke jalur alternatif Wado-
Malangbong. Selain wisata ziarah makam-makam penguasa Kerajaan Sumedanglarang,
terdapat juga Museum Prabu Geusan Ulun, tempat menyimpan pusaka-pusaka para
bangsawan di Sumedang. Tempatnya berdekatan dengan Gedung Negara yang menjadi
Kantor Bupati sekarang.
Seusai berkeliling ke lokasi sejarah dan budaya di Sumedang, jangan lupa mencicipi makanan khas tahu sumedang. Tidak sulit untuk mencari penjual tahu ini di pusat kota Sumedang.
Saat melintas jalur Wado- Malangbong, jangan khawatir dengan ketersediaan SPBU. Dari Jatinangor saja tercatat ada 9 SPBU yang tersebar di setiap kecamatan hingga mencapai Malangbong. Hotel berbintang bisa ditemukan di Kawasan Jatinangor, sementara hotel melati tersedia hingga di pusat kota Sumedang.
Rumah makan juga banyak ditemukan di wilayah Jatinangor dan kota Sumedang. Begitu memasuki jalur Wado, hanya ada dua rumah makan yang cukup besar. Setelah Wado, rumah makan baru bisa dijumpai lagi di kawasan Malangbong.
Berbicara mengenai oleh- oleh, selain tahu sumedang, bisa dicoba ubi cilembu yang banyak terdapat di Kecamatan Pamulihan selepas Tanjungsari di Jalan Raya Bandung-Sumedang. Ubi cilembu dikenal karena memiliki rasa manis alami setelah dipanggang dalam oven.
Seusai berkeliling ke lokasi sejarah dan budaya di Sumedang, jangan lupa mencicipi makanan khas tahu sumedang. Tidak sulit untuk mencari penjual tahu ini di pusat kota Sumedang.
Saat melintas jalur Wado- Malangbong, jangan khawatir dengan ketersediaan SPBU. Dari Jatinangor saja tercatat ada 9 SPBU yang tersebar di setiap kecamatan hingga mencapai Malangbong. Hotel berbintang bisa ditemukan di Kawasan Jatinangor, sementara hotel melati tersedia hingga di pusat kota Sumedang.
Rumah makan juga banyak ditemukan di wilayah Jatinangor dan kota Sumedang. Begitu memasuki jalur Wado, hanya ada dua rumah makan yang cukup besar. Setelah Wado, rumah makan baru bisa dijumpai lagi di kawasan Malangbong.
Berbicara mengenai oleh- oleh, selain tahu sumedang, bisa dicoba ubi cilembu yang banyak terdapat di Kecamatan Pamulihan selepas Tanjungsari di Jalan Raya Bandung-Sumedang. Ubi cilembu dikenal karena memiliki rasa manis alami setelah dipanggang dalam oven.
Diposkan oleh Nurhidayat george di 19.22 Tidak ada komentar:
KUDA RENGGONG / KUDA PENCAK
Koda renggong merupakan seni
pertunjukan tradisional yang sangat populer di kabupaten Sumedang. Atraksi ini
berupa pertunjukan dimana seekor kuda yang terlatih melakukan gerakan menari
dan berjalan mengikuti hentakan musik tradisional sunda yang disebut kendang
pencak.
Seekor kuda dilatih dengan baik
untuk membuat gerakan seperti menari atau kadang juga melakukan gerakan seperti
berkelahi melawan pelatihnya dengan gaya pencak silat. Oleh sebab itulah
pertunjukan ini juga sering disebut dengan pertunjukan kuda pencak.
Mulai tahun 1910 hingga sekarang
kuda renggong secara tradisional sering dipertontonkan pada acara khitanan /
sunatan. Sebelum seorang anak dikhitan, sang anak diarak mengelilingi kota di
atas punggung kuda renggong diikuti oleh anggota keluarga dan kerabat dekat
yang ikut menari di depanya dan berkeliling dari satu desa ke desa lainya.
WAYANG GOLEK
Wayang golek adalah salah satu kesenian khas tanah Sunda. Pada umumnya wayang golek masih dibuat secara tradisional oleh penduduk desa-desa tertentu di Jawa Barat.
Wayang golek saat ini lebih dominan sebagai seni pertunjukan rakyat, yang memiliki fungsi yang relevan dengan kebutuhan-kebutuhan masyarakat lingkungannya, baik kebutuhan spiritual maupun material. Hal demikian dapat kita lihat dari beberapa kegiatan di masyarakat misalnya ketika ada perayaan, baik hajatan (pesta kenduri) dalam rangka khitanan, pernikahan dan lain-lain adakalanya diriingi dengan pertunjukan wayang golek.
Selain
itu, karena ke khasanya wayang golek juga sering difungsikan sebagai sufenir /
tanda mata khas tanah Sunda.
Harga
wayang golek relatif murah, kisaranya sangat ditentukan oleh ketelitian dari
ukiran / tingkat kesulitan dalam pembuatanya juga bahan bakunya. Menurun Mang
Iin salah satu pengrajin Wayang golek dari daerah Rancakalong, Sumedang, untuk
wayang dengan detail yang tidak terlalu rumit beliau bisa menyelesaikan 3-4
buah wayang sehari, sedangkan untuk wayang dengan detail / kualitas tinggi bisa
membutuhkan waktu 3-4 hari untuk menyelesaikan sebuah wayang.
Pada
umumnya wayang dibuat dari kayu albasia dipasarkan dengan kisaran harga Rp.
15.000 / unit lengkap dengan pakaian dan aksesoris. Sedangkan wayang kualitas
lebih baik dengan menggunakan kayu mahoni dll. dipasarkan dengan harga Rp.
40.000 s/d Rp. 150.000 / unit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar